Sainskita.com - Galaksi dan otak kita memiliki banyak kemiripan lebih dari kita duga sebelumnya. Hal tersebut terungkap berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Physics.
Galaksi diatur dalam struktur filamen, ikatan, dan rongga yang secara kolektif dikenal sebagai jaringan kosmik. Di dalam otak kita, neuron juga diatur dalam jaringan filamen dan ikatan.
Kemiripan ini telah lama membuat penasaran para ilmuwan, seniman, dan masyarakat umum.
Dilansir dari IFLScience, Senin (17/5/2021), dua peneliti Italia yang terdiri atas seorang ahli astrofisika dan ahli bedah saraf, melihat apakah kesamaan visual memiliki hubungan yang lebih dalam.
Neuron dan galaksi adalah sistem yang sangat berbeda yang mengatur dirinya sendiri menjadi struktur besar, yang menurut penelitian tim, dibentuk oleh prinsip dasar yang serupa.
Hasil penelitian ini tidak menyatakan bahwa kita memiliki alam semesta di tengkorak kita atau bahwa kosmos adalah otak raksasa. Sebaliknya, ini berfokus pada properti dinamika jaringan.
Sebagian besar hubungan antara otak dan kosmos hanyalah kebetulan. Otak rata-rata memiliki 69 miliar neuron. Dahulu, perkiraan jumlah galaksi di alam semesta adalah 100 miliar, tetapi sekarang diperkirakan 20 kali lebih besar.
Sekitar 77 persen massa otak adalah air. Sekitar 70 persen kandungan materi energi alam semesta adalah energi gelap.
Tetapi mengingat tampilannya yang mirip, apakah jaringannya dibangun dengan cara yang sama? Para peneliti berpikir demikian.
Dalam astronomi, para ilmuwan terbiasa menghitung spektrum kekuatan jaringan kosmik yang merupakan teknik matematika yang memberikan pemahaman tentang bagaimana galaksi didistribusikan di ruang angkasa.
Menerapkan teknik yang sama ke otak bukanlah hal yang mudah. Tim harus agak menyederhanakan masalah. Mereka tidak melacak koneksi rinci antara neuron tetapi melacak kedekatannya.
Mempertimbangkan keterbatasan, para peneliti menemukan bahwa jaringan saraf otak kecil pada skala antara 1 dan 100 mikron diatur dengan cara yang mirip dengan jaringan kosmik pada skala antara 5 juta dan 500 juta tahun cahaya.
Penemuan tersebut tentunya menggelitik. Meskipun skala yang sangat berbeda dan kekuatan fisik yang berbeda membentuk jaringan, mereka mengaturnya dengan cara yang sama.
Meski demikian, baik alam semesta maupun otak kita tetap misterius. Model standar kosmologi memiliki banyak ketidakpastian, seperti apa itu materi gelap dan energi gelap.
Ketika berbicara tentang otak, kita hanya sekarang meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana koneksi terbentuk dan bagaimana jaringan saraf berkembang secara keseluruhan.
"Di otak, kami memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang mekanisme fisik atau kimia yang mendasari pembentukan jaringan. Kami tahu bagaimana koneksi antara dua neuron bekerja dan kami tahu bagaimana koneksi ini berinteraksi ketika ada lebih banyak neuron," ujar ahli saraf Dr Steven Di Costa, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, kepada IFLScience.
"Saya pikir kita lebih bergumul dengan apa sebenarnya artinya. Bagaimana pengaturan ini berkontribusi pada kompleksitas perilaku manusia?" imbuhnya
Data baru tentang otak dan alam semesta diperlukan untuk sepenuhnya memahami bagaimana jaringan seperti ini terbentuk sejak awal. [far]