Sainskita.com - Lokasi kutub utara dan selatan bumi tidak tetap. Pencairan glasial akibat pemanasan global kemungkinan besar menjadi penyebab pergeseran pergerakan kutub bumi yang terjadi pada 1990-an.
Hal tersebut terungkap berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan pada 22 Maret 2021 di Geophysical Research Letters.
Sumbu putar bumi, yakni garis imajiner yang melewati kutub utara dan selatan, selalu bergerak. Cara air didistribusikan di permukaan bumi adalah salah satu faktor yang menyebabkan sumbu beserta kutubnya bergeser.
Gletser yang mencair telah mendistribusikan cukup air untuk menyebabkan arah kutub menyimpang dan mempercepat ke arah timur pada pertengahan 1990-an.
"Pencairan es yang lebih cepat di bawah pemanasan global adalah penyebab yang paling mungkin dari perubahan arah pergeseran kutub pada tahun 1990-an," ujar Shanshan Deng, seorang peneliti di University of the Chinese Academy of Sciences, yang merupakan penulis utama penelitian tersebut, seperti dilansir dari EarthSky, Kamis (13/5/2021).
Di samping itu, seorang ilmuwan iklim dari Universitas Zurich, Vincent Humphrey (dia tidak terlibat dalam penelitian ini) menyatakan bumi berputar mengelilingi sebuah sumbu seperti gasing.
Jika berat dari sebuah gasing berpindah, maka perputaran gasing itu akan mulai miring dan goyah saat sumbu rotasinya berubah. Hal yang sama, terangnya, juga terjadi pada bumi karena berat berpindah dari satu area ke area lain.
EarthSky mengungkapkan penulis penelitian percaya hilangnya air di tanah ini berkontribusi pada pergeseran pergeseran kutub dalam dua dekade terakhir dengan mengubah cara distribusi massa di seluruh dunia.
Untuk menentukan penyebab pergeseran kutub mulai tahun 2002, para peneliti menggunakan data dari misi satelit GRACE, yang mengumpulkan informasi tentang bagaimana massa didistribusikan ke seluruh planet dengan mengukur perubahan gravitasi yang tidak merata di berbagai titik.
Penelitian baru secara khusus difokuskan pada pergeseran kemiringan bumi pada 1990-an. Untuk menghitung total kehilangan air tanah pada 1990-an, para peneliti menggunakan data kehilangan gletser dan perkiraan pemompaan air tanah untuk menghitung bagaimana air yang tersimpan di darat berubah.
Analisis mereka menentukan pada tahun 1995, arah pergeseran kutub bergeser dari selatan ke timur. Kecepatan rata-rata drift dari tahun 1995 sampai tahun 2020 juga meningkat sekitar 17 kali lipat dari kecepatan rata-rata yang tercatat dari tahun 1981 sampai dengan 1995.
Mereka menemukan bahwa kontribusi kehilangan air dari daerah kutub adalah penyebab utama terjadinya pergeseran kutub, selain kontribusi dari kehilangan air di daerah non-kutub. Bersama-sama, semua kehilangan air ini menjelaskan perubahan arah kutub ke timur.
Meskipun penelitian menunjukkan hilangnya glasial menjadi penyebab sebagian besar pergeseran tersebut, Deng mengatakan kemungkinan aktivitas yang melibatkan penyimpanan air tanah seperti pemompaan air tanah juga berkontribusi pada pergerakan tersebut.
Lalu, apa dampak perubahan poros bumi ini bagi kehidupan sehari-hari kita? Humphrey mengatakan ini bisa mengubah lamanya hari yang kita jalani, meski hanya dalam milidetik. [far]